Tekad di balik nama Paus Fransiskus
Ignatius Suchalho mengatakan tekad Paus Fransiskus untuk membawa perdamaian antara Islam dan Kristen juga tercermin dalam pemilihan namanya.
Terlahir sebagai Jorge Mario Bergoglio, ia memilih nama “St. Fransiskus dari Assisi” sebagai nama panggilan kepausannya ketika ia terpilih sebagai kepala Gereja Katolik sedunia pada tahun 2013.
Santo Fransiskus dari Assisi dipandang sebagai pembawa damai selama puncak Perang Salib antara abad ke-15 dan ke-17.
“Pada saat agama Kristen sedang melawan Islam secara petik, Fransiskus dari Assisi menerobos medan perang untuk https://treasureofsukabumi.com/ bertemu dengan salah satu pemimpin Islam,” kata Ignatius.
“Jadi kami ingin menunjukkan kepada orang ini, Fransiskus dari Assisi, yang hidup pada abad ke-13, selain ingatannya.”
Berdebat tentang orang? Jonathan Tan mencermati, selain misi perdamaiannya, Paus Fransiskus juga memiliki misi menyebarkan ajaran Katolik dalam kunjungannya ke Asia.
“Bagi Paus, Asia adalah kawasan dengan potensi besar bagi pertumbuhan umat Katolik,” kata Jonathan.
Jonathan mencontohkan, Paus Fransiskus telah mengunjungi delapan negara di Asia selama masa kepausannya sejak 2012. Semua negara yang dikunjungi memiliki populasi Katolik yang kecil.
Kedelapan negara tersebut antara lain Korea Selatan (2014), Sri Lanka dan Filipina (2015), Myanmar dan Bangladesh (2017), Thailand dan Jepang (2019), Kazakhstan (2022), dan Mongolia (2023). Dalam perjalanan ke Asia kali ini, Timor Timur menjadi satu-satunya negara yang mayoritas penduduknya beragama Katolik.
“Masih banyak orang di Asia yang bukan Kristen, tidak beragama, dan berpikiran bebas,” ujarnya.
“Jadi kami masih punya ruang. Kami masih punya banyak opsi.”
Baca juga:
Mengapa banyak orang Korea dan Jepang berubah keyakinan?
Kisah seorang misionaris gereja dari Korea yang berkontribusi terhadap peningkatan pesat jumlah umat Kristen di Nepal
Jonathan mengungkapkan, sejumlah pihak khawatir langkah Paus Fransiskus justru menimbulkan persaingan karena Islam memiliki konsep dakwah untuk menyebarkan ajarannya. “Banyak orang yang khawatir satu agama akan bersaing dengan agama lain, tapi saya rasa mereka tidak perlu khawatir karena potensinya besar,” kata Jonathan.
Ketika Jonathan berbicara tentang kemungkinan, yang dia maksud adalah banyaknya orang di Asia yang belum memiliki keyakinan yang jelas. Artinya, masih banyak nyawa yang bisa diperoleh kedua belah pihak.
Pada akhirnya, Jonathan kembali pada apa yang ingin dicapai Paus Fransiskus: seruan agar semua agama bersatu mengatasi permasalahan dunia.
“Bersama-sama kita bisa mengatasi permasalahan seperti kemiskinan dan buta huruf, meningkatkan pendidikan, meningkatkan taraf hidup dan menurunkan angka kematian anak,” kata Jonathan. “Ada banyak hal yang dapat dilakukan setiap agama untuk membuat kehidupan lebih baik.”